Udara dingin Jenar Kidul membangunkanku dari tidur nyenyak. Udara dingin
dikarena saat ini mulai musim kemarau, sehingga udara laut berhembus ke
daratan dan mengakibatkan udara dingin. Seketika itu aku teringat ingin
hunting foto di sekitar rumah, dan akhirnya aku memutuskan
untuk jalan-jalan di sekitar tempat tinggalku. Tidak lama aku berjalan
sampai juga di masjid Tiban yang tempatnya tidak jauh dengan rumah. Di
sebut Masjid Tiban, karena masyarakat percaya beberapa benda yang ada di
masjid ini datang dengan sendirinya. Masjid tiban ini berada di Desa
Jenar Kidul, Purwodadi, Purworejo, Jawa Tengah. Sampai di Masjid Tiban
ternyata suasana sepi, mungkin karena masih pagi sehingga tidak ada
warga yang berada di Masjid, karena sebagian besar aktifitas warga pergi
ke pasar dan sawah.
Tidak berlama-lama, aku langsung memutuskan masuk ke Masjid ini, dan
seketika itu teringat masa kecilku yang sering bermain-main dengan teman
sebaya di masjid yang diperkirakan berdiri tahun 1478 ini. Sepulang
sekolah saat aku masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) sering mampir
ke masjid untuk minum air kolah masjid. Kolah itu sendiri adalah tempat menampung air, atau dalam bahasa Indonesia disebut bak penampungan air.
Sebagian masyarakat percaya pada tuah (Sesuatu yang berada di tempat keramat) dari air yang ada di kolah Masjid
Tiban dapat menyembuhkan penyakit, cepat jodohnya, dan di mudahkan
usahanya. Atas dasar itu aku dan teman-teman sering minum airnya tanpa
dimasak dahulu dan juga airnya sangatlah menyejukkan. Selain Masjid ini
memiliki tuah yang berada di airkolah, juga di dalam masjid Tiban ada 4 soko (tiang utama) yang terdapat pahatan lingga yoni, dan konon terbuat dari tatal kayu jati lalu diikat dengan lempengan besi. Model saka itu mirip saka Masjid Demak.
Lingga-Yoni memiliki arti, yaitu sebagai lambang alat reproduksi lelaki
dan perempuan. Saat masih kecil, aku dan teman-teman sering masuk ke
dalam masjid dan melihat lingga-yoni. Karena masih kecil dan tidak tahu
apa makna dari lingga-yoni tersebut, saat melihatnyapun hanya tertawa.
Di setiap tempat wudhu pada masjid tersebut terdapat sumur yang sangat
dalam, saking dalamnya ada yang pernah bilang kalau kedua sumur
terhubung dengan laut kidul. Cerita tersebut entah untuk bercanda atau
rumor saja, masyarakat belum ada yang tahu kepastian cerita tersebut.
Waktu aku SD ada kejadian yang sangat menghebohkan. Ada anak kecil yang
dimasukkan ke sumur tempat wudhu laki-laki tetapi anak kecil itu tidak
apa-apa, malahan dia bermain air di dalam sumur tersebut. Masjid Tiban
ini juga merupakan tempat cagar budaya, karena di dalam masjid tersebut
terdapat benda-benda yang bersejarah, di antaranya bedug, soko masjid
(tiang utama), ada juga gapura masjid yang konon dahulu untuk
membangunnya tanpa semen tetapi dengan tanah sebagai perekatnya. Aku
teringat cerita tetangga waktu kecil dulu. Konon, Bedug Pendowo yang
berada di Masjid Agung Purworejo sebelumnya berada di Masjid Tiban
sebelum dipindahkan ke Masjid Agung, setelah dipindahkan ke Masjid Agung
pun Bedug Pendowo terbang kembali ke Masjid Tiban.
Saat ini Masjid Tiban ramai hanya waktu lebaran untuk salat Ied saja,
sedangkan hari-hari biasa sangatlah sepi. Hari minggu sore yang dulu ada
pengajian remaja pun sekarang sepertinya sudah tidak ada. Sebagai kaum
muda seharusnya kita yang meramaikan masjid tersebut dengan kegiatan
yang positif, seperti pengajian dan lain-lain, agar masjid yang memiliki
sejarah panjang ini tidak hanya memiliki cerita-cerita mistis di
dalamnya, namun bermanfaat bagi umat islam.(Fitri)
0 komentar: