31 October 2017

Wisata Religi Ke Masjid Tiban Jenar

Nampak Depan Masjid Tiban Jenar


Udara dingin Jenar Kidul membangunkanku dari tidur nyenyak. Udara dingin dikarena saat ini mulai musim kemarau, sehingga udara laut berhembus ke daratan dan mengakibatkan udara dingin. Seketika itu aku teringat ingin hunting foto di sekitar rumah, dan akhirnya aku memutuskan untuk jalan-jalan di sekitar tempat tinggalku. Tidak lama aku berjalan sampai juga di masjid Tiban yang tempatnya tidak jauh dengan rumah. Di sebut Masjid Tiban, karena masyarakat percaya beberapa benda yang ada di masjid ini datang dengan sendirinya. Masjid tiban ini berada di Desa Jenar Kidul, Purwodadi, Purworejo, Jawa Tengah.  Sampai di Masjid Tiban ternyata suasana sepi, mungkin karena masih pagi sehingga tidak ada warga yang berada di Masjid, karena sebagian besar aktifitas warga pergi ke pasar dan sawah.

Tidak berlama-lama, aku langsung memutuskan masuk ke Masjid ini, dan seketika itu teringat masa kecilku yang sering bermain-main dengan teman sebaya di masjid yang diperkirakan berdiri tahun 1478 ini. Sepulang sekolah saat aku masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) sering mampir ke masjid untuk minum air kolah masjid. Kolah itu sendiri adalah tempat menampung air, atau dalam bahasa Indonesia disebut bak penampungan air.



Sebagian masyarakat percaya pada tuah (Sesuatu yang berada di tempat keramat) dari air yang ada di kolah Masjid Tiban dapat menyembuhkan penyakit, cepat jodohnya, dan di mudahkan usahanya. Atas dasar itu aku dan teman-teman sering minum airnya tanpa dimasak dahulu dan juga airnya sangatlah menyejukkan.  Selain Masjid ini memiliki tuah yang berada di airkolah,  juga di dalam masjid Tiban ada 4 soko (tiang utama) yang terdapat pahatan lingga yoni, dan konon terbuat dari tatal kayu jati lalu diikat dengan lempengan besi. Model saka itu mirip saka Masjid Demak.



Lingga-Yoni memiliki arti, yaitu sebagai lambang alat reproduksi lelaki dan perempuan. Saat masih kecil, aku dan teman-teman sering masuk ke dalam masjid dan melihat lingga-yoni. Karena masih kecil dan tidak tahu apa makna dari lingga-yoni tersebut, saat melihatnyapun hanya tertawa. Di setiap tempat wudhu pada masjid tersebut terdapat sumur yang sangat dalam, saking dalamnya ada yang pernah bilang kalau kedua sumur terhubung dengan laut kidul. Cerita tersebut entah untuk bercanda atau rumor saja, masyarakat belum ada yang tahu kepastian cerita tersebut. Waktu aku SD ada kejadian yang sangat menghebohkan. Ada anak kecil yang dimasukkan ke sumur tempat wudhu laki-laki tetapi anak kecil itu tidak apa-apa, malahan dia bermain air di dalam sumur tersebut. Masjid Tiban ini juga merupakan tempat cagar budaya, karena di dalam masjid tersebut terdapat benda-benda yang bersejarah, di antaranya bedug, soko masjid (tiang utama), ada juga gapura masjid yang konon dahulu untuk membangunnya tanpa semen tetapi dengan tanah sebagai perekatnya. Aku teringat cerita tetangga waktu kecil dulu. Konon, Bedug Pendowo yang berada di Masjid Agung Purworejo sebelumnya berada di Masjid Tiban sebelum dipindahkan ke Masjid Agung, setelah dipindahkan ke Masjid Agung pun Bedug Pendowo terbang kembali ke Masjid Tiban.



Saat ini Masjid Tiban ramai hanya waktu lebaran untuk salat Ied saja, sedangkan hari-hari biasa sangatlah sepi. Hari minggu sore yang dulu ada pengajian remaja pun sekarang sepertinya sudah tidak ada. Sebagai kaum muda seharusnya kita yang meramaikan masjid tersebut dengan kegiatan yang positif, seperti pengajian dan lain-lain, agar masjid yang memiliki sejarah panjang ini tidak hanya memiliki cerita-cerita mistis di dalamnya, namun bermanfaat bagi umat islam.(Fitri)
Previous Post
Next Post

post written by:

0 komentar: