31 October 2017

Keindahan Tersembunyi di Bruno Purworejo





Musim hujan di bulan Mei 2012 masih membasahi kabupaten kecil yang berbatasan langsung dengan Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu Purworejo. Ini hari kedua aku berada di daerah ini yang merupakan kampung tanah keturunanku sendiri, sebuah kota kecil yang menurutku sendiri sangat sepi dan cocok untuk menghilangkan kejenuhan dengan ramainya kehidupan kota sepert Jakarta.
Lelah menjalani hari sebelumnya yang aku isi dengan membantu saudara sepupuku yang kebetulan dia melaksanakan hari pernikahannya, pagi hari ini aku berencana ingin sedikit berjalan-jalan melihat perkembangan apa yang sudah terjadi di kota ini. Setelah berpamitan dengan orang rumah aku bergegas pergi, namun tiba-tiba ada tamu yang datang dan menunda keberangkatanku, dia adalah saudaraku yang kemarin baru saja melangsungkan pernikahan. Kali ini dia datang bersama istrinya.

Akupun menceritakan rencana keinginanku untuk berjalan-jalan seharian ini mengitari Purworejo kepada sepupuku tersebut dan tanpa aku duga tenyata dia bersama istrinya juga sedang ingin berjalan-jalan setelah di hari sebelumnya mereka sibuk mengurus prosesi acara pernikahan mereka. Sepupuku tersebut menawarkan untuk sekalian dia menemaniku mengitari Purworejo bersama istrinya, maklum saja aku sendiri hanya orang keturunan Purworejo yang lahir dan besar di Kota Jakarta, oleh sebab itu aku minta ditemani oleh sepupuku tersebut, karena memang aku tidak begitu hapal jalan di Purworejo. Sebenarnya aku sedikit agak kurang enak kepada sodaraku tersebut, karena mereka baru saja satu hari melangsungkan pernikahan, tetapi sepupuku itu sedikit memaksa dan beralasan istrinya juga ingin melihat pemandangan bagus, katanya. Akhirnya aku menurut dan ikut kemana nanti mereka akan membawaku berkeliling Purworejo.

Matahari semakin gagah memancarkan cahaya dan panasnya di Kota Purworejo, aku dan sepupuku bersama istrinya seperti terbakar panasnya matahari diperjalanan. Sebenarnya aku sendiri belum tahu akan dibawa kemana. Motor kami melaju mengarah ke Daerah Kutoarjo yang sebelumnya melihat hiruk pikuknya jantung kota dari Kabupaten Purworejo. Lalu kami mengarah ke daerah utara yang setahu aku ini jalan menuju Daerah Kecamatan Kemiri, tetapi dugaanku salah, ternyata motor kami terus melaju ke arah utara menuju Daerah Bruno. Itu aku ketahui, karena melihat petunjuk arah yang mengarahkan ke Bruno. Sedikit aku dengar cerita dari saudaraku yang lain daerah Bruno adalah salah satu daerah dataran tinggi yang dikelilingi bukit-bukit nan indah disekitarnya.

Jalan yang berkelok serta turunan dan tanjakan menemani perjalanan kami, mataku disuguhi pemandangan alam yang menurutku sangat mahal bila aku berada di Jakarta, sesekali aku berhenti di satu titik untuk sekedar mengabadikan fenomena indah yang sedang terlihat di depan mataku ini. Hamparan sawah luas dikelilingi bukit hijau dan diapit dengan sungai merupakan pemandangan eksotik yang tidak ternilai harganya untukku saat itu. Saat aku sedang mengabadikan keindahan di daerah itu, mataku tertuju pada sebuah pancaran air deras yang mengalir dari balik celah bukit yang terlihat cukup jauh dari tempatku berdiri saat itu, aku berkata kepada sepupuku kalau aku ingin sekali mendekati tempat itu. Menurut saudaraku itu merupakan sebuah air terjun yang cukup jauh letaknya dari tempat kita bediri sekarang. Dengan sedikit berfikir panjang dan sedikit memaksa akhirnya kita kembali melaju sepeda motor untuk mendekati arah air terjun itu.

Setelah berjalan sekitar 15 menit dari tempatku tadi berdiri dan melihat air terjun, kami sampai pada sebuah jalan gang yang cukup menantang dengan papan penunjuk arah menuju kearah air terjun (curug). Jalan menanjak dengan bebatuan terjal yang sepertinya tidak terurus menyambut perjalan awal kami menuju curug tersebut, tak lama setelah bebatuan terjal dan menanjak kami lewati lalu jalan dengan plester setapak harus kami lalui dengan tanjakan curam yang menghadang. Perjuangan menuju curug tidak berhenti sampai disitu, setelah sekitar 5 menit kami berjalan kami sampai pada batas jalan yang mengharuskan kita melanjutkan perjalanan berjalan kaki. Kamipun menitipkan motor di rumah salah satu warga yang berada di daerah tersebut, karena medan perjalanan yang tidak memungkinkan untuk kita melanjutkan perjalanan menggunakan sepeda motor.

Melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki serta mengingat pengarahan dari salah seorang warga kalau perjalanan kita keatas memakan waktu sekitar setengah jam. Baru sebentar kami berjalan tantangan sudah dimulai, jalan menanjak dengan sedikit berkapur yang sangat licin harus kita daki, tak sampai disitu saja, jalan setapak dan ada sawah serta jalan dikelilingi jurang menemani perjalanan kami. Sungguh perjalanan berat yang menyenangkan bagiku.

Perjalanan kami terus mendapatkan tantangan, kali ini tanah menanjak yang sanagat curam menyulitkan sepupuku dan istrinya untuk dilewati. Jalanan hutan dan dikelilingi ilalang panjang turut menjadi peserta dalam perjaalanan kami ini, maklum saja jalan yang kami lalui ini merupakan bukit garapan warga sekitar yang hanya dirawat alakadarnya saja oleh warga, jadi tentu ini menjadi menyulitkan kami karena tidak terbiasa. Suasana saat itu sangat sepi, bayangan tempat wisata yang ramai dengan pemandangan bagus serta orang berjualan souvenir sangat tidak menggambarkan tempat ini saat saya berada disitu, justru tempat ini seperti menjadi tempat wisata privat kami bertiga karena kami merasa hanya kami bertiga saja yang menuju ketempat itu.




Perjalanan kami hampir mencapai titik akhir, karena telah terdengarnya suara gemuruh air di dekat kami, suasana lembab dan basah yang mungkin dari tumpahan air terjun sudah terasa dikulit kami. Hanya saja keberadaan air terjun itu belum terlihat terhalangi oleh pohon-pohon besar serta bukit di depan kami. Tantangan berat menghadang perjalanan kami lagi, sebuah pohon besar tumbang dan menutupi jalan setapak yang akan kami lalui, mau tidak mau kami harus sedikit memanjat akar pohon yang menjulang keluar dari tanah untuk bisa melewati jalan itu. Akar dan dahan yang licin menyulitkan kami untuk melewati pohon tersebut.

Setelah kami melewati pohon besar yang tumbang tadi, barulah kami sampai pada mata air dan anak sungai yang merupakan sambungan dari aliran curug. Bebatuan besar menyambut kami untuk dilewati, dan setelah kami melewati batu besar terakhir maka terpampang jelaslah sebuah pemandangan indah dan sangat eksotis di depan mata kami, sebuah air terjun yang cukup besar terlihat di atas dan langsung berhadapan dengan kami . Aku mencoba lebih mendekati air terjun dengan mendaki susunan batuan yang ada disitu, setelah merasa cukup barulah terlihat dengan jelas sebuah fenomena alam yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Kalau saja pemerintah daerah bisa mengeksplor tempat ini, pasti ini akan menjadi sebuah objek wisata yang sangat potensial bagi Purworejo, akan tetapi melihat medan yang sangat berat untuk menuju kesini aku menjadi pesimis dengan angan-angan tersebut, tetapi apapun bisa asal kita bisa meniatkan sesuatu itu.
Perjalanan panjang hari ini sepertinya berhenti di tempat ini, tanpa disadari ternyata di belakang kami ada segerombolan muda-mudi yang menuju ketempat sekarang kami berada, tampang kelelahan mereka tersenyum lebar ketika langsung melihat pemandangan ditempat ini, merupakan sebuah perjalan berat yang terbayar dengan indahnya tempat ini, walaupun tempat ini sepi dan sangat tersembunyi serta terpencil dari jamahan para wisatawan, namun tetap menjadi sebuah pengalaman yang tidak akan terlupakan buatku. Sungguh sebuah KEINDAHAN YANG TERSEMBUNYI.
Previous Post
Next Post

post written by:

0 komentar: