Musim hujan di bulan Mei 2012 masih membasahi kabupaten kecil yang
berbatasan langsung dengan Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu Purworejo.
Ini hari kedua aku berada di daerah ini yang merupakan kampung tanah
keturunanku sendiri, sebuah kota kecil yang menurutku sendiri sangat
sepi dan cocok untuk menghilangkan kejenuhan dengan ramainya kehidupan
kota sepert Jakarta.
Lelah menjalani hari sebelumnya yang aku isi dengan membantu saudara
sepupuku yang kebetulan dia melaksanakan hari pernikahannya, pagi hari
ini aku berencana ingin sedikit berjalan-jalan melihat perkembangan apa
yang sudah terjadi di kota ini. Setelah berpamitan dengan orang rumah
aku bergegas pergi, namun tiba-tiba ada tamu yang datang dan menunda
keberangkatanku, dia adalah saudaraku yang kemarin baru saja
melangsungkan pernikahan. Kali ini dia datang bersama istrinya.
Akupun menceritakan rencana keinginanku untuk berjalan-jalan seharian
ini mengitari Purworejo kepada sepupuku tersebut dan tanpa aku duga
tenyata dia bersama istrinya juga sedang ingin berjalan-jalan setelah di
hari sebelumnya mereka sibuk mengurus prosesi acara pernikahan mereka.
Sepupuku tersebut menawarkan untuk sekalian dia menemaniku mengitari
Purworejo bersama istrinya, maklum saja aku sendiri hanya orang
keturunan Purworejo yang lahir dan besar di Kota Jakarta, oleh sebab itu
aku minta ditemani oleh sepupuku tersebut, karena memang aku tidak
begitu hapal jalan di Purworejo. Sebenarnya aku sedikit agak kurang enak
kepada sodaraku tersebut, karena mereka baru saja satu hari
melangsungkan pernikahan, tetapi sepupuku itu sedikit memaksa dan
beralasan istrinya juga ingin melihat pemandangan bagus, katanya.
Akhirnya aku menurut dan ikut kemana nanti mereka akan membawaku
berkeliling Purworejo.
Matahari semakin gagah memancarkan cahaya dan panasnya di Kota
Purworejo, aku dan sepupuku bersama istrinya seperti terbakar panasnya
matahari diperjalanan. Sebenarnya aku sendiri belum tahu akan dibawa
kemana. Motor kami melaju mengarah ke Daerah Kutoarjo yang sebelumnya
melihat hiruk pikuknya jantung kota dari Kabupaten Purworejo. Lalu kami
mengarah ke daerah utara yang setahu aku ini jalan menuju Daerah
Kecamatan Kemiri, tetapi dugaanku salah, ternyata motor kami terus
melaju ke arah utara menuju Daerah Bruno. Itu aku ketahui, karena
melihat petunjuk arah yang mengarahkan ke Bruno. Sedikit aku dengar
cerita dari saudaraku yang lain daerah Bruno adalah salah satu daerah
dataran tinggi yang dikelilingi bukit-bukit nan indah disekitarnya.
Jalan yang berkelok serta turunan dan tanjakan menemani perjalanan
kami, mataku disuguhi pemandangan alam yang menurutku sangat mahal bila
aku berada di Jakarta, sesekali aku berhenti di satu titik untuk sekedar
mengabadikan fenomena indah yang sedang terlihat di depan mataku ini.
Hamparan sawah luas dikelilingi bukit hijau dan diapit dengan sungai
merupakan pemandangan eksotik yang tidak ternilai harganya untukku saat
itu. Saat aku sedang mengabadikan keindahan di daerah itu, mataku
tertuju pada sebuah pancaran air deras yang mengalir dari balik celah
bukit yang terlihat cukup jauh dari tempatku berdiri saat itu, aku
berkata kepada sepupuku kalau aku ingin sekali mendekati tempat itu.
Menurut saudaraku itu merupakan sebuah air terjun yang cukup jauh
letaknya dari tempat kita bediri sekarang. Dengan sedikit berfikir
panjang dan sedikit memaksa akhirnya kita kembali melaju sepeda motor
untuk mendekati arah air terjun itu.
Setelah berjalan sekitar 15 menit dari tempatku tadi berdiri dan
melihat air terjun, kami sampai pada sebuah jalan gang yang cukup
menantang dengan papan penunjuk arah menuju kearah air terjun (curug).
Jalan menanjak dengan bebatuan terjal yang sepertinya tidak terurus
menyambut perjalan awal kami menuju curug tersebut, tak lama setelah
bebatuan terjal dan menanjak kami lewati lalu jalan dengan plester
setapak harus kami lalui dengan tanjakan curam yang menghadang.
Perjuangan menuju curug tidak berhenti sampai disitu, setelah sekitar 5
menit kami berjalan kami sampai pada batas jalan yang mengharuskan kita
melanjutkan perjalanan berjalan kaki. Kamipun menitipkan motor di rumah
salah satu warga yang berada di daerah tersebut, karena medan perjalanan
yang tidak memungkinkan untuk kita melanjutkan perjalanan menggunakan
sepeda motor.
Melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki serta mengingat
pengarahan dari salah seorang warga kalau perjalanan kita keatas memakan
waktu sekitar setengah jam. Baru sebentar kami berjalan tantangan sudah
dimulai, jalan menanjak dengan sedikit berkapur yang sangat licin harus
kita daki, tak sampai disitu saja, jalan setapak dan ada sawah serta
jalan dikelilingi jurang menemani perjalanan kami. Sungguh perjalanan
berat yang menyenangkan bagiku.
Perjalanan kami terus mendapatkan tantangan, kali ini tanah menanjak
yang sanagat curam menyulitkan sepupuku dan istrinya untuk dilewati.
Jalanan hutan dan dikelilingi ilalang panjang turut menjadi peserta
dalam perjaalanan kami ini, maklum saja jalan yang kami lalui ini
merupakan bukit garapan warga sekitar yang hanya dirawat alakadarnya
saja oleh warga, jadi tentu ini menjadi menyulitkan kami karena tidak
terbiasa. Suasana saat itu sangat sepi, bayangan tempat wisata yang
ramai dengan pemandangan bagus serta orang berjualan souvenir sangat
tidak menggambarkan tempat ini saat saya berada disitu, justru tempat
ini seperti menjadi tempat wisata privat kami bertiga karena kami merasa
hanya kami bertiga saja yang menuju ketempat itu.
Perjalanan kami hampir mencapai titik akhir, karena telah
terdengarnya suara gemuruh air di dekat kami, suasana lembab dan basah
yang mungkin dari tumpahan air terjun sudah terasa dikulit kami. Hanya
saja keberadaan air terjun itu belum terlihat terhalangi oleh
pohon-pohon besar serta bukit di depan kami. Tantangan berat menghadang
perjalanan kami lagi, sebuah pohon besar tumbang dan menutupi jalan
setapak yang akan kami lalui, mau tidak mau kami harus sedikit memanjat
akar pohon yang menjulang keluar dari tanah untuk bisa melewati jalan
itu. Akar dan dahan yang licin menyulitkan kami untuk melewati pohon
tersebut.
Setelah kami melewati pohon besar yang tumbang tadi, barulah kami
sampai pada mata air dan anak sungai yang merupakan sambungan dari
aliran curug. Bebatuan besar menyambut kami untuk dilewati, dan setelah
kami melewati batu besar terakhir maka terpampang jelaslah sebuah
pemandangan indah dan sangat eksotis di depan mata kami, sebuah air
terjun yang cukup besar terlihat di atas dan langsung berhadapan dengan
kami . Aku mencoba lebih mendekati air terjun dengan mendaki susunan
batuan yang ada disitu, setelah merasa cukup barulah terlihat dengan
jelas sebuah fenomena alam yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Kalau
saja pemerintah daerah bisa mengeksplor tempat ini, pasti ini akan
menjadi sebuah objek wisata yang sangat potensial bagi Purworejo, akan
tetapi melihat medan yang sangat berat untuk menuju kesini aku menjadi
pesimis dengan angan-angan tersebut, tetapi apapun bisa asal kita bisa
meniatkan sesuatu itu.
Perjalanan panjang hari ini sepertinya berhenti di tempat ini, tanpa
disadari ternyata di belakang kami ada segerombolan muda-mudi yang
menuju ketempat sekarang kami berada, tampang kelelahan mereka tersenyum
lebar ketika langsung melihat pemandangan ditempat ini, merupakan
sebuah perjalan berat yang terbayar dengan indahnya tempat ini, walaupun
tempat ini sepi dan sangat tersembunyi serta terpencil dari jamahan
para wisatawan, namun tetap menjadi sebuah pengalaman yang tidak akan
terlupakan buatku. Sungguh sebuah KEINDAHAN YANG TERSEMBUNYI.
0 komentar: