31 October 2017

Narasi Pesona Laguna Lembupurwo Kebumen




Panas terik menjadi teman perjalanan, bisikan dahan pohon terhampar menambah riuh
suasana siang ini. Di sisi utara pada baris khatulistiwa awan gelap membawa harapan kesejukan tetesan butir dari langit. Alam bergembira menyambut langkah pertama di Pantai Lembupurwo seolah ingin mengatakan”Selamat datang dan silakan bergembira di sini”.

Namanya Pantai Lembupurwo, sepenggal keindahan dunia di pesisir timur Kebumen. Di Kebumen sendiri nama Pantai Lembupurwo masih asing di telinga masyarakat Kebumen karena memang belum terlalu dikenal layaknya objek wisata lain seperti pantai Ambal, Pantai Petanahan, dan Pantai Suwuk.

Mendengar cerita keindahan Pantai Lembupurwo yang berjajar serasi dengan laguna menawan cukup membuat saya berimajinasi bak Rock Island di Palau sana. Hari ini setelah matahari tergelincir saya menuju ke Pantai Lembupurwo bersama sahabat. Memasuki daerah pantai, barisan pohon cabai hijau dan pohon pepaya menghiasi sisi jalan. Tiba di lokasi kami memarkir kendaraan dan membeli beberapa bekal di warung dan yang penting membawa air minum supaya tidak gagal fokus ( Korban iklan )

Ada hal yang sangat menarik saat kami menanyakan berapa harga tiket masuk objek wisata ini, dengan rendah hati penunggu warung menjawab “Lah kangge nopo mbayar mas, wong niki sing gadhah Gusti Alloh ko, dados mboten usah mbayar cukup mlebet mawon kalih dijaga nggeh”(Lha buat apa membayar mas? Ini kan yang punya Alloh, jadi tidak usah membayar cukup masuk dan dijaga saja). Disaat pengelola objek wisata lain langsung membuat tarif masuk, penjaga warung tersebut malah mengatakan hal demikian, kita hanya wajib membayar uang parkir saja sebesar Rp2000.



Saya berjalan menuju Pantai Lembupurwo dan memang benar apa yang dikatakan temanku, baru melangkah beberapa meter laguna yang begitu mempesona menyambut dengan indah warnanya.

Dari kejauhan rimbunan pohon cemara terlihat berjajar penuh harmoni mengisyaratkan kesejukan disana. Gumuk pasir, lengkungan laguna, pohon bakau dan pantai semuanya berpadu dengan lues. Selain itu beberapa perahu onthel dan warga yang sedang mencari udang maupun merumput terlihat disekitar laguna. Menuju pantai kita harus melewati aliran laguna yang dipinggirnya berbaris pohon bakau yang dengan gagah berdiri menahan abrasi. Jika intensitas air meningkat, ada jembatan yang bisa digunakan untuk menyebrang ke sisi dalam pantai Lembu Purwo ini. Air yang jernih membuat saya bisa menyaksikan beberapa ikan Kathing (Mirip ikan lele namun ukurannya kecil) yang berhamburan menjauhi saya dan ribuan siput kerucut yang memenuhi hampir seluruh laguna. Menurut warga, siput berbentuk kerucut ini sebenarnya dapat dikonsumsi, hanya saja tidak tlaten untuk mengolahnya karena ukurannya yang kecil sehingga butuh kesabaran lebih untuk mengeluarkan daging dari dalam cangkangnya.

Setelah melewati aliran air, pohon cemara melambai menyambut dengan kesejukannya mencoba melindungi dari panas terik matahari. Sekarang saya paham kenapa ada produk pembersih lantai yang menawarkan kesejukan hutan cemara jika menggunakan produk tersebut. Di beberapa titik terdapat warung dan tempat duduk dari kayu untuk beristirahat seraya menikmati rimbun pohon cemara yang memenuhi pantai Lembupurwo ini.

Melewati barisan cemara, saya menuju pantai Lebupurwo. Gulungan ombak yang selalu menghapus jejak kaki, kapal yang berjajar, dan beberapa warung menjadi hal yang biasa di deretan pantai kebumen. Pantai Lembupurwo terlihat sepi di hari-hari biasa, hanya dua atau tiga orang yang menikmati pantainya. Menurut warga, pantai Lembupurwo ini akan sangat ramai pada hari sabtu, minggu dan hari libur lainnya. Sebagian besar masyarakat yang berkunjung ke pantai Lembupurwo ini memilih menikmati keindahan Laguna, kesejukan pohon cemara dan menghilangkan rasa penasaran dengan pohon bakau yang katanya dapat menahan daratan dari serangan abrasi yang terus mengikis.



Di laguna terlihat beberapa perahu kayuh yang tergeletak tak dioperasikan karena air yang sedang surut dan karena pengunjung yang tidak terlalu banyak. Di sudut lain Laguna seorang warga menjaring udang untuk dikonsumsi maupun dijual. Berdiri di laguna dan menghadap ke arah barat maka akan terlihat sebuah gundukan hijau yang sangat besar dan mebuat saya penasaran. Setelah saya dekati ternyata itu adalah sebuah pohon pandan laut yang biasa digunakan warga untuk kerajinan anyaman. Pohon pandan laut ini terlihat sangat besar hingga mencapai ketinggian hampir 10 meter karena pohon ini sudah puluhan tahun tidak dipotong.

Cuaca masih panas namun beberapa awan mendung memberi tanda akan meneteskan hujan. Saya bergegas kembali seraya tetap menikmati Lembupurwo ini. Diperjalanan banyak masyarakat yang baru datang dan beberapa diantaranya mengabadikan keindahan Lembupurwo dari berbagai sisi keindahannya. Dalam hati aku berkata “Terima kasih Tuhan atas secuil keindahan yang kau tempatkan di bumi-Mu ini”.
Previous Post
Next Post

post written by:

0 komentar: