11 November 2017

Pulau Samalona dan Sunset Yang Tak Terlupakan


Sumber Foto: cumilebay.com

Berbicara soal matahari, kita akan teringat tentang terbit dan tenggelamnya sang bola api yang berpijar. Akan teringat pula pelajaran IPA sewaktu SD hingga SMP, mengenai bumi yang mengorbit di matahari dan matahari yang mengorbit pusat galaksi. Sekarang pertanyaannya apakah bumi itu datar atau bulat? Kelakar yang sempurna hahaha..

Oke kali ini kita tidak mempersoalkan bumi datar atau bulat, cukup kita tahu bahwa musuh nyata manusia adalah setan, titik. Beberapa bulan yang lalu, aku bersama rombongan teman-teman aku yang sok “yes” hahhaa. Pergi menuju ke kota Makassar guna menjalankan tugas dari atasan kita. Nah kebetulan hari dan jamnya juga pas buat melancong.


Alhasil setelah kita menjalankan tugas dengan sempurna, kita memiliki beberapa hari untuk halan-halan, ternyata eh ternyata temanku bernama Dani sudah membuat list perjalanan hidup di kota Makassar. “Gile top banget ji”. Trip pertama kita ke Pulau Samalona, dari hotel kita berjalan kaki dengan cepat kea rah benteng Fort Rotterdam dengan langkah mirip-mirip bule dari Negara Amerika namun yang membedakannya kulit kita sawo matang dan berhidung pesek.



Ditengah perjalanan kita dipanggil-panggil oleh seseorang entah siapa, dan setelah ditelisik mendalam ternyata beliau ada bapak pemilik perahu klotok yang akan kita tumpangi. Pertama sangat alot tawar-menawar kita bak daging ayam kampong tua yang belum direbus, keras. Namun akhirnya deal di harga 250 ribu rupiah untuk 4 orang. Sepertinya sore itu air pasang sehingga perahu kelotok mengalami sedikit gonyangan, eh maksud aku goncangan.



Saking takutnya, rasa-rasa perjalanan kita lama banget, padahal Cuma 45 menitan, mungkin karena gelombangnya tinggi kali ya, entahlah. Kitapun dibawa dengan selamat sampai ke Pulau Samalona tepat pada pukul setengah lima sore kita mencoba menelurusi garis pantai, anehnya pulau samalona tidak rama para traveler dan sore hari sangat sepi ini yang jadi pertanyaan aku.

Tapi kesunyian ini sangat memberikan rasa nyaman, seolah-olah pulau ini milik aku seorang padahal pulau ini juga dihuni oleh seratus lebih kepala keluarga. Kesan pertama soal pulau ini, pertama kesunyiannya, kedua laut yang bersih dan terlihat ada beberapa terumbu karang yang masih bagus, ketiga yang nggak bisa aku lupakan, Sunset nya, terserah kalian mau anggap aku ndeso atau apa terserah, tapi yang pasti sunset di Samalona ini adalah Sunset yang tak terlupakan.



Bisa dibayangkan, matahari disiang hari yang begitu teriknya, ditambah pemanasan global menambah nuansa neraka di muka bumi ini, namun ketika sore tiba tepatnya jam setengah enam lebih sepuluh menit kita bisa melihat kebijaksanaan Tuhan hadir pada keteduhan sang surya, langit yang bersih dari biru berubah menjadi kuning, dari kuning berubah menjadi orange, dari orange berubah menjadi jingga.

Dan sang surya perlahan memperlihatkan eksotisme bahkan sang awan mendungpun tak berani menutupinya, Sunset ini terlalu indah untuk dilihat dan diabadikan. Perlahan eksotisme itu hilang perlahan demi perlahan matahari bersembunyi dibalik garis cakrawala. Hingga akupun tak bisa mendefinisikan langit pada sore hari itu berwarna apa, aku  hanya menjerit se jadi-jadinya. 

Mungkin Allah telah menghadiahiku pemandangan tersebut, aku hanya bisa bersyukur kepadaMu. Menurut saya pulau Samalona sangat direkomendasikan untuk nge-camp dipinggir pantai dan melakukan kegiatan laut lainnya. Namun tetap lestarikan alam, karena kita hidup berdampingan dengan alam tersebut.

Bagi kalian pemburu Sunset, semoga kalian beruntung saat berburu di Pulau Samalona. Karena ditempat inilah saya mendapatkan keberuntungan. 
Penulis: Budi Cesar
Previous Post
Next Post

post written by:

0 komentar: